Kamis, 15 Desember 2011

Wanitamu

Beberapa hari ini aku bermimpi tentang kamu. Padahal sebelumnya aku tak memikirkanmu, hanya mengingatmu. Itupun hanya sekilas, lalu lupa, ingat kembali, lupa, ingat. Aku selalu mengalami fase seperti itu hampir setiap hari.  Ah, lagi-lagi tentang kamu. Entah yang keberapa kalinya aku merasa seperti ini, menyedihkan. Melihatmu asik bercakap dengan wanitamu sungguh merupakan hal yang menjengkelkan bagiku. Apakah aku cemburu? Ah tentu saja jawabannya iya. Bahkan menurutku sangat! Aku benci wanita itu, terlihat sekali ia menginginkanmu lebih, sama sepertiku. Aku meracau hingga tertidur. Lelap dan lupa.

Mengingatmu membuatku sedikit terlihat lemah. Ternyata tadi malam aku menangis (lagi), terlihat sekali pagi ini mataku sembab. Hal pertama yang aku lakukan adalah mencari telepon genggamku, mencari namamu disana. Mencoba mengetik sebuah pesan lalu kuhapus, perasaanku bimbang saat ini. Aku kerap di dera keingintahuan yang lebih tentang kamu, mencoba mencari tahu, selalu seperti ini dan kadang ini menyulitkanku. Aku juga sering mencarimu di linimasa. Dan ketika aku menemukanmu, aku kembali membaca perbincanganmu dengan wanitamu. Ya, benar-benar pengganggu batinku.

Aku mulai tak dapat berpikir jernih, ya aku rasa kamu menyukai wanita itu. Terlepas karena ia cantik, ia juga memiliki apa yang aku tak punya, yaitu kepercayaan terhadap hatimu. Ah sudahlah, jika kamu memang menyukai wanitamu seharusnya aku bisa tersenyum. Toh setidaknya aku tahu, wanitamu itu pasti bisa menjagamu dan menyiapkan sapaan hangat di pagimu setiap hari. Sama sepertiku, dulu.

Sabtu, 10 Desember 2011

masih tentang kamu

Entah bagaimana aku mengenalmu, aku lupa. Yang kini aku tahu, kini aku telah jatuh hati padamu, terlebih pada setiap kata yang kamu tulis, pada lagu yang kamu beri, dan pada tawa yang kamu lakukan saat didekatku. Mungkin ada semacam mantra pada tawamu itu. Karena tiap aku menikmati tawamu, aku selalu tersihir dan ingin terus melihat dan kadang hampir tak berkedip. Semoga kamu tak menyadari hal itu.

Entah mengapa aku kadang mengharapkan tawa itu tercipta karena aku. Mungkin bisa tentang sajak yang kadang kamu baca yang memang sebenarnya aku tunjukkan padamu dan kamu merasa. Mungkin tentang kebodohanku bertanya ini itu. Mungkin tentang kebiasaanku meminta penjelasan karena tak paham. Apapun alasannya tak apa. Yang jelas tawa itu tercipta karena aku.

Ah kamu, lagi-lagi kamu berhasil membuatku ingin menulis. Bisakah kita saling melengkapi, saling menemani saat sendiri, dan saling menyapa saat tak bersama. Memperhatikan tiap detail tentangmu itu menyenangkan, sama menyenangkannya seperti ketika aku menikmati tawamu dan berhasil membuatku menyadari rasaku.

Pengharapan

Ya, ini tulisan tentangmu. Aku memang seorang pengingat yang buruk, tapi tidak ingatan tentangmu. Sekarang aku tengah menjalani jalan yang menjauh dari jalanmu. Menikmati setiap detail tentangmu dari kejauhan. Mencintai diam-diam berarti bisa melupakan dalam-dalam kan?

Tak tahu dimulai darimana pengharapan ini. Mulanya aku ragu dengan perasaanku padamu. Namun kini seorang semua terasa lebih nyata, seolah menginginkanku untuk tinggal disana, ya dihatimu.

Kini aku kerap didera rindu. Ah, rindu ini kadang menyiksa. Ingin bertemu bahkan memelukmu, atau sekadar menikmati senyummu. Namun lagi-lagi yang dapat kulakukan hanya menunggu. Aku lelah, bahkan terlalu lelah menahan perasaan ini. Berrpura biasa saja padahal hati mengharapkan cinta.

Apakah kamu tak merasakan sepertiku? Apa kamu tahu perasaanku? Apa kamu tahu tapi berpura tak tahu? Ah atau memang kamu tak pernah mau tahu?

Gamang menilai sikapmu padaku. Kadang merasa seperti seorang kekasih, tapi kadang merasa tak bernilai apa-apa selain wanita yang mengharapkan belas kasih.

Tak ada yang dapat kulakukan selain menunggu. Entah sampai kapan aku bertahan dengan pengharapan ini. Mungkin jika lelah, aku akan mengakhiri pengharapan ini. Entahlah.

Fiksi - part 3

Hari ini aku kembali mengingat hari, hari dimana aku memutuskan untuk memberi hatiku padanya.

Ia mengajakku untuk bertemu, kurang lebih itulah tulisan dalam email yang baru saja kubaca. Ada perasaan berdesir dihatiku. Ya tentu saja aku ingin, ingin menatap lagi tatapan sendu itu. Bahkan ingin merasakan hal yang lebih dari itu. Ah mungkin aku sudah gila, tapi apa daya, itulah yang aku inginkan darinya.

Aku duduk di cafe yang sama waktu itu. Lama tapi ia tak kunjung datang. Apakah aku ditipu, ah pikiran buruk mulai lalu lalang dipikiranku. Sudah 1 jam aku duduk disini, sudah satu gelas stroberi flava kuhabiskan, ya tapi ia belum juga datang. Aku mulai gamang dan memutuskan untuk pulang. Tapi ketika aku mualai beranjak meninggalkan kursi, ada yang menghampiriku dengan wajah gugup dan merasa bersalah. Ia meminta maaf padaku dan memberi penjelasan tentang keterlambatannya malam ini. Pria dengan tatapan sendu ini bilang, sebenarnya sedari tadi ia sudah datang tapi tak berani menghampiriku karena malu. Ah penjelasan apa itu, aku hanya tertawa karena tak tahu harus berucap apa kepada pria pemilik tatapan sendu itu. Ya, obat rindu hanya satu kataku, bertemu lalu saling melepas rindu. "Seperti kita malam ini, bisikku".

Fiksi - part 2

Hari ini aku kembali mengingat hari, hari dimana aku mulai jatuh hati padanya.

Ia yang aku kenal beberapa hari lalu ternyata seorang penulis. Aku mulai mencintai setiap tulisannya yang biasa ia kirimkan lewat emailku. Kami memang tidak saling bertemu. Tapi hanya saling menyapa lewat linimasa. Hari demi hari aku selalu menantikan hadirnya di keseharianku. Pria dengan tatapan sendu itu telah berhasil membuatku jatuh cinta padanya. Mencintai setiap detail yang ada pada dirinya dan apa yang ia punya. Tulisannya lebih dari cukup untuk menemaniku setiap harinya.

Fiksi - part 1

Aku kembali mengingat hari itu, hari dimana aku mengenalnya. Hari dimana aku jatuh hati padanya. Dan hari dimana aku memutuskan untuk memberi hatiku padanya.

Dia yang tak aku kenal sebelumnya kini tiba-tiba begitu dekat denganku. Nyaman bila didekatnya. Apalagi ketika ia mulai mendongeng cerita-cerita cinta yang membuatku betah duduk manis mendengarkan ceritanya. Sesekali aku memotong bertanya ini itu, tapi ia tak pernah marah. Malah selalu menghadiahiku senyum simpul sebagai hadiah keantusiasanku mendengarkan celotehnya ketika mendongeng.

Aku kembali mengingat hari itu, hari dimana aku mengenalnya.

Aku duduk disebuah cafe di pinggiran kota Jogja. Menikmati senja dari balik jendela sembari menyeruput jus stroberi kesukaanku. Seorang pria dengan tatapan sendu kuperhatikan dari kejauhan. Dikursi itu ia duduk seorang diri, tidak berbeda jauh denganku saat ini. Pandanganku tak bisa lepas dari pria itu. Iya, pria dengan wajah muram dan sangat terlihat gamang entah memikirkan apa. Tanpa sengaja ia melihat ke arahku, aku menunduk karena malu. Kini situasi berganti, giliran ia yang memperhatikanku dan aku hanya bisa menyembunyikan salah tingkahku. Habislah aku karena malu.Tak lama kemudia ia menghampiriku. Ia menanyakan apakah ia boleh ikut bergabung denganku. Entah apa yang aku pikirkan, aku hanya menjawab dengan anggukan kepala. Beberapa saat berlalu kini kami sudah saling bercerita, seperti sudah saling mengenal cukup lama. Ia, pria dengan tatapan sendu ini terlihat begitu riang mendengarkan celotehku. Perasaan gamangnya pun sudah tertutup dengan perasaan senang yang terlihat dari tawa riangnya. Sungguh menyenangkan seperti ini, saling mengisi saat sendiri. Waktu tak terasa cepat berlalu. Hari sudah malam dan jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku pamit untuk pulang. Tapi ia, pria asing dengan tatapan sendu yang baru aku kenal tadi menawarkan untuk mengantarku pulang. Ada perasaan ingin tapi enggan. Namun sekali lagi entah apa yang aku pikirkan, aku kembali memberinya anggukan kepala. Sesampainya diteras rumahku, ia pamit pulang dan mengulurkan tangannya untuk berjabat. Senang bertemu denganmu, ucapnya sebelum pergi.

to be continued

beda

Sekedar tulisan lama, sarat makna tapi bukan berarti masih ada rasa. Hanya mencoba menguraikan apa ingin aku tulis. mengalir begitu saja, dan tanpa maksud apa-apa :)

Aku selalu nyaman menghabiskan waktuku didalam kamar. Alunan luigi rubino atau olafur arnalds sudah lebih dari cukup menemani kesendirianku. Alasan mengapa aku suka menyendiri adalah karena aku akan jauh lebih mudah menemukanmu dalam sunyi.

Ya, kamu adalah kenangan yang selalu kuhujani dengan rindu. Kupeluk dan kuciumi dalam pilu. Aku selalu menjaga tiap detail kenangan tentangmu dihatiku. Menjaganya agar tetap terjaga utuh seperti ini, selalu.

Kamu tahu, sekuat hati aku berpura-pura merelakan perpisahan kita dulu. Mencoba bersikap biasa saja ketika aku meninggalkanmu dalam diam. Tega katamu? Bahkan kamu tak tahu, aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Sakit sayang, seperti ada yang meremas dadaku, sesak hampir tak dapat bernafas.

Tapi cinta saja tak pernah cukup untuk kita. Seluar biasa apapun cinta yang kita punya tetap tak akan pernah cukup. Perbedaan menjadi jurang yang terlalu curam. Bahkan jika kita teruskan, kita bisa terjatuh, bahkan jauh lebih dalam. Merasa menjadi seorang pendosa ketika orang lain mempermasalahkan perbedaan diantara kita, yang kita sendiripun tak pernah untuk mempermasalahkannya. Tapi kini aku rasa mereka ada benarnya. Karena apabila kita teruskan, Tuhanlah yang akan menjadi pesaing kita. Pemisah yang paling berkuasa.

Ya, lagi dan lagi aku mengingatmu. Alunan luigi tetap mengalun. Tapi kali ini lebih terasa menyayat. Tanpa kusadari ada butiran halus yang membasahi pipiku, hangat. Aku rindu kamu. Kenangan tentangmu terlalu lekat, bahkan seolah memelukku dengan erat.

Kini tak ada lagi kita. Yang tersisa adalah aku dan kamu. Aku dengan sendiriku dan semua kenangan tentangmu. Sedang kamu, masih sibuk meminta pada Tuhanmu untuk menjagaku di tiap hariku. Aku tahu itu, selalu.

Rabu, 07 Desember 2011

Kamu

Kamu mendapat tempat yang istimewa dihatiku. Terpatri diantara banyak nama yang pernah singgah dan mengisi. Tak pernah lupa kuselipkan namamu diantara doa-doa yang kupanjatkan di tiap hariku. Kuhadiahi senyum di tiap pagiku, kuhangatkan hatimu di tiap siangku, dan kuhujani rindu di tiap malamku. Kamu itu jutaan rasa yang terangkai indah menjadi cinta. Kumpulan rindu yang membiaskan asa untuk bersama.

note: menulisnya sambil mendengarkan L.O.V.E - Nat King Cole

Jatuh cinta

Gamau jatuh cinta kalo bukan sama kamu. Ini sikap!

Hal-hal sederhana kalo udah berhubungan sama hati jadi terasa rumit biasanya.

Berani itu kalo kita siap jatuh sebelum jatuh cinta.

Bener aja di namain jatuh cinta. Sebelum kata cinta sudah ada kata jatuh terlebih dahulu.

Siapin plester sebelum jatuh cinta. Takutnya ada luka setelahnya.

Dimana-mana yang namanya nyuri itu berisiko. Begitu juga kalo mau nyuri hati kamu.

Cinta adalah

Cinta adalah dia yang terlintas di kepalamu saat matamu terbangun pertama kali.

Cinta adalah dia yang kamu harapkan mengucapkan selamat pagi dan memberikan semangat di pagi harimu.

Cinta adalah dia yang selalu kamu harapkan memberi senyum simpulnya untuk sarapan pagimu.

Cinta adalah dia yang selalu kamu sediakan ucapan selamat pagi, setiap hari ​​​♥

Cinta adalah dia yang selalu membuatmu ingin menyanyikan lagu kesayangan yang membuatmu teringat padanya.

Cinta adalah dia yang selalu kamu harapkan menemanimu, walau tak tepat disampingmu.

Cinta adalah dia yang selalu bertamu di kepalamu, tak peduli seberapa sibuknya kamu.

Cinta adalah dia yang yang berada dikepala dan hatimu, baik pagi, siang, ataupun malam.

Cinta adalah dia yang kamu pikirkan, mulai dari matamu membuka pertama kali hingga kembali memejam.

kumpulan kata

Aku selalu punya cara untuk mengutarakan cinta. Seperti ini misalnya.

Mengingatmu pagi, siang, dan malam. Dari mulai membuka mata hingga kembali memejam.

Kamu itu seperti tanda baca dalam tulisanku. Tanpa kamu semua akan terasa datar, kaku.

Bahkan aku sudah mempersilahkanmu untuk masuk, jauh sebelum kamu mengetuk hatiku.

Aku mengirimu rindu tanpa henti setiap harinya. Sebanyak mobil² yang melaju di jalan raya.

Tak ada tempat senyaman selain disitu. Ya dihatimu! *tunjukku.

Mulai bersahabat dengan ketiadaan dan memulai untuk membiasakan diri dengan keadaan.

Seberapapun usahaku untuk menyetarakan tak akan pernah menjadi setara karena ia selalu menaikkan tingkat pembandingnya.

Ini kusediakan telinga dan bahuku. Kamu bisa bercerita sambil bersandar semaumu.

Setiap orang berhak memilih, begitupun dengan kamu. Belajar untuk menerima itu bagianku.

Bodoh adalah ketika aku memilih untuk melepaskan seseorang yang memberi waktu dan hatinya untukku demi kamu yang bahkan tak pernah menyapaku.

Tak baik mengaku baik-baik saja padahal hati sedang merasa tak baik. Tak baik pula mengaku tak ada rasa padahal hati mengharapkan cinta.

Kadang aku menulis namamu berulang dalam sajakku. Hal ini ku maksudkan agar kau mau kembali pulang ke hatiku.

Saat malam hari, kadar rinduku naik satu tingkat.

Kadar kesepian berbanding lurus dengan kehadiran orang yang kita inginkan.

Semenjak mengenalmu, aku tak pernah lagi mengingat masa lalu.

Rindu adalah manifestasi atas ketiadaanmu, biar keberadaannya cukup menjadi bagian dari masa lalu.

Masa lalu harusnya tetap tinggal di masa lalu, kamu tak perlu mengundangnya jika hanya sekedar merasa rindu.

Obat rindu itu hanya satu. Bertemu lalu saling mengutarakan rindu.

Bahagia itu sederhana

Bahagia itu sederhana, seperti ketika aku tersenyum simpul saat mengetahui kamu baik-baik saja.

Bahagia itu sederhana. Seperti ketika kamu membaca tulisanku tentang rindu, lalu tahu semua itu tertuju kehatimu.

Bahagia itu sederhana. Seperti ketika aku mendengarkan sebuah lagu, lalu teringat kamu.

Bahagia itu sederhana. Seperti ketika memegang kertas dan pena, lalu menuliskan namamu disana.

KITA

Kita adalah dua hati yang sedang mencari tahu bagaimana cara mengerti dan memahami satu sama lain.

Kita adalah dua hati yang saling merindui. Selalu seperti ini, setiap hari.

Kita adalah dua hati yang terus berjalan tanpa pernah sampai dibatas pengertian.

Kita adalah dua hati yang saling memiliki rahasia. Menyimpan rasa secara tersembunyi sejak lama.

Kita adalah dua hati yang mencoba mengatasi kesepian melalui sebuah sapaan.

Kita adalah dua hati yang akan saling menemani menghabiskan malam dan bersama menjemput pagi.

Kita adalah dua hati yang kadang ragu untuk bertemu. Bukan karena tak mau, hanya saja terlalu malu untuk berkata rindu.

Sabtu, 12 Maret 2011

maaf

aku meminta maaf, bila asaku buatmu terganggu.
aku meminta maaf, bila rasaku tak mampu kuakhiri.
aku meminta maaf, bila aku ingin tetap disampingmu.
aku meminta maaf, bila kamu tak harapkan hadirku.
aku meminta maaf, bila langkahmu terhambat karna aku.
aku meminta maaf, bila tawamu tertahan untuk aku.
aku meminta maaf, bila gerakmu menjadi terbatas karna aku.
aku meminta maaf, bila semua tentangku membuatmu terbebani.
dan aku meminta maaf, bila maafku adalah sebuah kesalahan.

fiksimini


Percakapan ini dimulai waktu aku iseng buat status di akun facebook ku, waktu itu aku bener-bener lagi keingetan si mantan pacar, yaudah iseng aja buat fiksimini :). Eh temenku si ichan ikutan komen, yaudah deh ujung-ujungnya malah bales-balesan fiksimini. Sebenernya biasa aja sih, tapi pengen aja aku masukin ke blogku, xixixi (punten ya ichan kata”mu aku tulis disini, abis kalo ga ditulis juga ntar aku kayak orang bego ngomong sendirian, wehehehehehe)
Langsung aja ah, checks this out! #haha apasih

Devi Restiana : sekedar mengingatmu membuatku rindu, masihkah kamu mau memeluk atau sekedar mencium pipiku?

Ichan Electrosoul : negara kita bilang kita bebas memeluk sesuatu yg kita percayai, aku percaya kamu, jadi boleh kupeluk?

Devi Restiana : kalo km peluk aku 2 menit, berarti km hanya percaya aku 2 menit, begitupun bila km memeluk aku 3,4, atau 5 menit. Kalo km percaya aku selamanya, akankah km mau memelukku selamanya juga?

Ichan Electrosoul : kalau ini hanya masalah kepercayaan, maka ijinkan aku untuk memeluk hatimu saja :)

Devi Restiana : tapi hatiku sudah terkunci dan kuncinya sudah kubuang. Maukah kamu mencari kuncinya? Dan bila km mampu menemukannya, kamu bisa memeluk hatiku, selamanya :)

Ichan Electrosoul : hei, perkara mudah nona, akan kucari pembuat duplikat terhebat, aku lelah hanya bermain di pekarangan hatimu, dingin diluar sini, ijinkanlah aku masuk :)

Devi Restiana : tapi hatiku sudah usang dan koyak karna patah hati, apakah kau sudi mampir di hati seperti ini? Bila tak keberatan, aku mempersilahkanmu untuk masuk :)

Ichan Electrosoul : Jika dipersilahkan, akan kulukis berjuta pelangi berwarna monokrom didinding2 hatimu, pelangi yang hanya berwarna "aku" disitu. Akan kujaga hati itu sebagaimana senyawa kimia berbahaya yang patut untuk dijaga :)

Devi Restiana : kamu terlalu "terang" untukku, aku takut kilaumu menutupi aku, dan akupun takkan terlihat olehmu
bolehkah aku ikut melukis warnaku sepertimu, agar kita terihat indah bila berdampingan dan saling menjaga :)

Ichan Electrosoul : Lalu biarkan terangku dan terangmu menjadi kapur kita, kapur kita untuk melukiskan cahaya bagi kehidupan kita. Biarkan kita tenggelam didalam dimensi yang hanya ada kita didalamnya :)

Devi Restiana : aku tak keberatan menghabiskan sisa waktuku denganmu, merangkai kisah didimensi yg kita miliki, ya cuma kita berdua dan bahagia :)

Ichan Electrosoul : Lalu dimulailah satu lagi kisah, kisah yang tuhan tuliskan, kisah yang aku harus antri untuk dituliskan oleh tuhan, kisah tentang kita :)

Devi Restiana : semua memang diberi oleh tuhan diwaktu yg tepat sayang :)
tuhan akan merasa senang bila kita saling menjaga dan saling memeluk erat hati kita, selamanya :)

udah akhirnya selesai disini, dan mereka hidup bahagia selamanya #kayakdongengcinderella
haha :D

tentang kamu


Sayang, sekedar mengingatmu membuatku rindu
masihkah kamu mau memeluk atau sekedar mencium pipiku?
Sayang, saatku sendiri aku ingin km menemaniku
apakah kamu tak keberatan menyisihkan sedikit waktumu untukku?
Sayang, saat hpku bergetar taukah kau aku berharap kau yg mengirimiku sms
sudikah kamu menanyakan kabar atau kegiatan apa yg aku lakukan hari ini?
Sayang, aku tak pernah tau mengapa hati ini tetap memilihmu
dan apakah kamu merasakan hal yg sama denganku?


Cerita singkat
Part #1

Malam itu kamu kembali mengajakku untuk bertemu, ya akupun lupa sudah ajakan yg keberapa kalinya itu, kadang aku salut, kamu tak pernah bosan melakukannya, entah karna penasaran atau apalah tujuannya, aku tak begitu paham dan aku juga tak mau terlalu memikirkannya..
Setelah berfikir sejenak akhirnya akupun setuju untuk bertemu. Jantungku mulai berdegup tak karuan memikirkan kata pertama apa yg akan aku ucapkan, bagaimana rupanya, baikkkah ia sebaik ia di ketikkan smsnya selama ini? Aah mengapa aku jadi begini, bukankah kita pernah bertemu sekali di depan warung kecil yg mempertemukan aku denganmu, tapi itu sudah sangat lama dan akupun hanya melihatnya sekilas. Wahai waktu, aku ingin kamu memperlambat putaranmu, aku mohon kali ini saja..
Ya aku mulai menunggu didalam kamar, tapi kamu tak kunjung datang. Aku mulai gelisah, mungkin kamu lupa, tapi kurasa itu tak mungkin. Lama tak jua datang dan akupun tetap menunggu..
Telepon genggamku bergetar, sesuai dugaanku ya itu benar ada pesan darimu. Kamu bilang kamu sudah dibawah, aku keluar balkon dan aku melihatmu berdiri didepan pagar kosku. Aku berkata padamu iya sebentar aku turun (aaaah ternyata itu kata pertama yg aku ucapkan padamu)..
Kamu menyapaku satu kata, ya hanya dengan kata “hei”. Aku bilang ayo kita duduk disitu, *sambil menunjuk bangku kosong dipojokan tembok usang itu. Kitapun duduk berdampingan, aku merasakan detak jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya..
Perbincangan mengalir begitu saja diantara kita, seolah kita sudah sejak lama saling mengenal. Sosokmu membuatku nyaman, aku ingin kita tetap begini malam ini, bercerita tentang kita dan saling menilai satu sama lain. Taukan kamu, dengan segala kecuekanmu itu kamu terlihat menarik dimataku :)
Waktu sepertinya tak berpihak pada kita, ya kamu harus pulang dan aku harus kembali naik ke kamarku. Tak lupa aku mengucapkan selamat malam, kamupun membalasnya dengan kata “terimakasih ya untuk malam ini”. Oh tuhan aku suka kata-kata itu, tanpa sadar sepertinya aku juga mulai suka..kamu..


Part #2

Didalam kamar aku tak henti-hentinya tersenyum, salah tingkah memikirkan kejadian tadi. Tak peduli apa kata teman”ku yg melihat, yang aku peduli hatiku mulai merasakan hal yg beda, yaaaa aku jatuh cinta <3. Aku tak kuasa menyembunyikan rasa, kupeluk gulingku berharap itu kamu, terus dan terus kumemikirkanmu hingga akupun terlelap..
Alarmku berbunyi membangunkan aku dari istirahat panjangku, ya hari sudah pagi, terimakasih tuhan, aku masih bisa merasakan rasa yg sama seperti sebelum aku terjaga tadi malam :). Ah sedang apa kamu pagi ini, sudahkah kamu bangun dan merasakan hangatnya matahari pagi ini. Selamat pagi sayang! upsss mungkin aku sudah gila, semenjak kapan aku ingin memanggilmu sayang? Mungkin otakku belum begitu sadar, ya sebelum aku lebih gila lagi lebih baik aku mandi..
Hari ini tak seperti biasanya, aku lebih memilih untuk tersenyum daripada harus bercanda atau sekedar bersenda gurau dengan teman-temanku. Rupanya mereka melihat ada yg ganjil denganku hari ini. Biarlah, aku tak mau banyak berkomentar, biar mereka dengan pikirannya masing-masing menilai keganjilan ini. Aku hanya ingin merasakan ”rasa” ini, yg aku tau aku hanya ingin bertemu kamu..lagi..


Part #3

Kamu menghubungiku meminta untuk bertemu malam ini, jelas aku langsung setuju :). Aku menunggu dan benar kamu datang. Dengan baju hitam itu kamu terlihat jauh lebih menarik dari hari kemarin, aku suka gayamu, sikap cuekmu masih jelas terlihat..tapi aku suka :)..
            Kamu memberikan coklat untukku, dengan cueknya kamu memberikannya ke genggaman tanganku, aku pun menerimanya dan meletakkan coklat itu di sampingku. Aku berucap dalam hati ”oh tuhan semoga cintaku tak seperti coklat, manis namun terasa pahit di akhirnya, amin” ..
            Ditengah perbincangan tiba-tiba kamu mengatakan kata-kata yg aku tau, pasti kamu berusaha mati-matian untuk mengucapkannya. Aku meminta waktu, tapi kamu bilang kamu ingin tau jawabannya malam ini juga, aku bingung harus menjawab apa, sepertinya terlalu cepat, tapi aku tau pasti tuhan memiliki rencana indah untukku. Setelah berfikir beberapa saat, akupun akhirnya menjawab ”iya”. Dengan lugu kamu mengucapkan ”alhamdulillah”, haha aku tertawa lirih, ”knp bilang alhamdulillah tanyaku?”, kamupun menjawab ”lega, akhirnyaaa”. Ada senyum yg terpancar dari bibirmu, ya aku suka melihatnya. kamu memegang pipiku lalu menciumku lembut, waktu berdekatan aku bisa mencium aroma tubuhmu dengan jelas. Rasanya ingin tetap begini, aku bahagia karna akhirnya aku benar-benar dapat memanggilmu sayang :)..


#part 4
Perpisahan

Kamu yg dulu kukenal dengan baik, berubah jadi sosok yg tak ku kenal. Iya aku tidak pernah benar-benar mengenalmu. Kamu seperti mahluk luar angkasa, entah berasal dari mars atau venus. Kamu yg kukenal dulu selalu menyapaku hangat, tapi sekarang, kamu mengacuhkanku dengan sangat. Pernah di hari ulang tahunmu yg ke 20, aku mengirimimu pesan singkat, aku bilang ”selamat ulang tahun, jadilah kamu yg ku kenal dulu, kamu bilang maaf kalau aku berubah”. Tapi mana arti maafmu? semua seolah hanya kata-kata yg tak berarti untukmu.
Waktu terasa begitu singkat, kamu yg dulu memilih aku, kini memilih pergi meninggalkanku. Sakitnya jelas masih bisa kurasakan, sedih, hancur, bingung, tanpa pegangan, ya aku sendirian. Aku galau bila harus menyadari bila kini kita telah berpisah. Kamu telah memilih jalanmu sendiri, meninggalkan aku yg selama ini ternyata hanya menjadi beban untukmu, air mata berulang kali ku seka dari kedua mata sembabku, kali ini aku benar-benar merasa ”kehilangan”..
Banyak pertanyaan mulai menyeruak di ottakku, mengapa kamu tak mempertahankan aku, mengapa kamu dengan mudahnya mengakhiri ini semua, mengapa kamu memberikan keputusan dengan begitu angkuhnya, mengapa kamu menjadikan aku pesakitan cinta yg galau, aaaaargh terlalu banyak kata mengapa..


 #part 5
moving on

Aku tidak bisa terus menerus seperti ini, aku pasti bisa melewati ini, aku akan bahagia dengan atau tanpa kamu. Haha seperti orang bodoh berusaha bangkit walaupun aku tau tongkat peganganku hilang, tapi bukankah aku masih memiliki kedua kaki yg tentu saja bisa kugunakan untuk berjalan, kondisiku buruk hari ini setelah kejadian semalam, tapi aku tetap berusaha menyemangati diri sendiri, terus dan terus tak pernah henti :D
Walaupun tidak hari ini, pasti besok keadaanku akan membaik, aku tau aku belum bisa berjalan, apalagi berlari. Tapi setidaknya aku bisa merangkak untuk sementara waktu, ya menyedihkan memang, aku begini hanya karna kamu. Lagi-lagi aku berusaha menyemangati diriku sendiri, aku tau ini tidak akan berlangsung lama..
Hari ke hari aku mulai merasa membaik, ya memang aku belum bisa melupakan tentang kamu, karna aku tau itu butuh waktu. Kamu terlalu indah buatku, semua tentangmu membuatku jatuh cinta. Bagaimanapun keadaanku saat ini, aku masih bisa merasakan jatuh cinta seperti waktu awal kita bersama dulu. Sedih memang mengingat yg kurasakan justru patah hati, tapi aku tak ingin membenci. Aku senang setidaknya aku sudah bisa menerima kenyataannya bahwa kini aku tak lagi bersama ”kamu”..

beda


Teruntuk dia yang pernah mengisi hariku..

Semua yang dimulai dengan suatu kesalahan maka tetap akan tumbuh dan berkembang menjadi dosa yang aku sendiri tak mengerti bagaimana cara untuk mengakhirinya. Dosa? Tau apa aku tentang dosa, aku hanya mendengar dari ”mereka” yang merasa suci bahwa apa yang kulakukan berarti dosa. Yang aku tau aku meyakini apa yang aku pilih untuk kujalani. Berat memang, tapi langkahku akan terasa ringan bila ia berjalan bersamaku.
Kadang aku bertanya di tiap malamku yang sepi, mengapa Engkau Tuhan yang Maha Kasih menciptakan berbagai perbedaan bila Kau hanya ingin di sembah dengan satu cara. Sumpah demi doa yang aku panjatkan untuk-Mu di tiap hariku, aku ingin bersamanya yang entah mengapa berbeda dariku. Aku ingin dia menjadi orang pertama yang aku lihat di tiap aku membuka mata dipagi hari setelah tidur panjangku, aku ingin menemaninya di tiap susah atau bahagianya sampai aku mati.
Mencintainya seperti candu, ketergantungan ini rasanya melemahkan seluruh syaraf di otakku bila tak bersamanya. Rasa ini sudah terlanjur memenuhi sebagian hatiku.
Tapi sekuat apapun aku menggenggam tangannya, akhirnya genggaman itu juga terpaksa harus kulepaskan karena alasan yang jawabnya sampai kini belum ku temukan, ya semua karena perbedaan. Aku kehilangan canduku, lemah dan tak ada lagi harapan. Aku butuh canduku, tapi kini tak kudapati canduku.
            Taukah Kau Tuhan, sekuat hati aku melepaskan diri dari ketergantungan ini, mencoba bertahan tanpa canduku, ya canduku itu dia dan semua kenangan tentangnya. Ratusan hari rasanya tak cukup untuk melepaskan ketergantungan ini, melupakan semua tentangnya, ya melupakan kenanganku dengannya, sakit Tuhan! Betapa rasanya dada ini terlalu sesak bila mengingatnya. Kesalahanku adalah aku terlalu banyak membuang waktuku untuk terus menjaga tiap detail tentangnya di hatiku. Tentang dia yang seharusnya kulupakan dan tak lagi ku kenang.
            Bukankah dari awal aku sudah tahu bahwa langkahku akan terhambat, tapi mengapa aku terus memaksa berlayar dengan kapal yang layar nya sudah koyak. Bukankah nantinya kapal itu tak akan cukup kuat untuk menahan badai? Argh sudah terlambat untuk menyesal. Kini kapal telah diterjang badai, hancur dan berantakan. Tapi badai ini datang tak akan lama, setelah badai pergi akan datang ada pelangi. Walaupun sementara tapi mungkin akan cukup mengobati hatiku yang kehilangan candu.
            Tuhan Yang Maha Baik, yang aku tau aku mencintainya dan aku menginginkan kebahagiaan atas dirinya. Biar tak bersamanya sekalipun tak mengapa asal aku mohon berikanlah ia ganti yang tulus mencintainya dari aku yang tulus mencintainya setulus aku mencintainya bahkan lebih tulus dari cintaku padanya.  Jaga ia di tiap malamnya, dan berikanlah ia ganti yang bisa menemaninya di tiap susah atau bahagianya sampai ia mati. Ameen.

kutulis setulus doa yang aku panjatkan untuknya
teruntuk dia yang pernah mengisi hariku dua tahun lalu
semoga ia bahagia selalu dengan pilihannya :)