Sabtu, 10 Desember 2011

Fiksi - part 1

Aku kembali mengingat hari itu, hari dimana aku mengenalnya. Hari dimana aku jatuh hati padanya. Dan hari dimana aku memutuskan untuk memberi hatiku padanya.

Dia yang tak aku kenal sebelumnya kini tiba-tiba begitu dekat denganku. Nyaman bila didekatnya. Apalagi ketika ia mulai mendongeng cerita-cerita cinta yang membuatku betah duduk manis mendengarkan ceritanya. Sesekali aku memotong bertanya ini itu, tapi ia tak pernah marah. Malah selalu menghadiahiku senyum simpul sebagai hadiah keantusiasanku mendengarkan celotehnya ketika mendongeng.

Aku kembali mengingat hari itu, hari dimana aku mengenalnya.

Aku duduk disebuah cafe di pinggiran kota Jogja. Menikmati senja dari balik jendela sembari menyeruput jus stroberi kesukaanku. Seorang pria dengan tatapan sendu kuperhatikan dari kejauhan. Dikursi itu ia duduk seorang diri, tidak berbeda jauh denganku saat ini. Pandanganku tak bisa lepas dari pria itu. Iya, pria dengan wajah muram dan sangat terlihat gamang entah memikirkan apa. Tanpa sengaja ia melihat ke arahku, aku menunduk karena malu. Kini situasi berganti, giliran ia yang memperhatikanku dan aku hanya bisa menyembunyikan salah tingkahku. Habislah aku karena malu.Tak lama kemudia ia menghampiriku. Ia menanyakan apakah ia boleh ikut bergabung denganku. Entah apa yang aku pikirkan, aku hanya menjawab dengan anggukan kepala. Beberapa saat berlalu kini kami sudah saling bercerita, seperti sudah saling mengenal cukup lama. Ia, pria dengan tatapan sendu ini terlihat begitu riang mendengarkan celotehku. Perasaan gamangnya pun sudah tertutup dengan perasaan senang yang terlihat dari tawa riangnya. Sungguh menyenangkan seperti ini, saling mengisi saat sendiri. Waktu tak terasa cepat berlalu. Hari sudah malam dan jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku pamit untuk pulang. Tapi ia, pria asing dengan tatapan sendu yang baru aku kenal tadi menawarkan untuk mengantarku pulang. Ada perasaan ingin tapi enggan. Namun sekali lagi entah apa yang aku pikirkan, aku kembali memberinya anggukan kepala. Sesampainya diteras rumahku, ia pamit pulang dan mengulurkan tangannya untuk berjabat. Senang bertemu denganmu, ucapnya sebelum pergi.

to be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar