Iya, ini
masih tentang kamu. Seseorang yang beberapa tahun belakangan mengisi sebagian
hatiku, bahkan memenuhinya. Aku lupa, bagaimana awalnya perkenalan kita. Yang
aku ingat sekarang, aku merasa begitu dekat denganmu. Ada perasaan hangat yang
berdesir di dadaku saat bersamamu. Aku jatuh cinta? Iya, ini benar cinta. Tapi
terlalu rumit untuk dijabarkan, terlalu sulit untuk diteruskan.
Kamu tahu,
tak ada yang lebih kuinginkan selain berjalan beriringan denganmu. Tapi aku
sadar, bersamamu pun aku tak mampu. Tak ingin memaksa, tapi tak ingin pula
meminta. Ku pasrahkan hatiku menunggu tanpa sebuah kepastian. Aku tau, ini
adalah sebuah kebersamaan yang semu. Kehilangan itu dekat, sedekat pelukan
dengan perpisahan.
Kamu
datang, lalu pergi. Datang lagi, lalu pergi. Selalu seperti ini berulang-ulang.
Aku bosan, tapi terus ku maafkan. Aku lelah, tapi terus kuperjuangkan. ini
bukan sebuah keluhan, melainkan sebuah jawaban atas segala perasaan. Aku
meencintaimu tanpa perhitungan, dan apabila merugi waktu dan hati, itu adalah
risiko atas setiap pilihan yang kujalankan. Lelah memang, tapi aku bahagia,
setidaknya aku pernah mencoba menggenggam, walaupun akhirnya kau coba lepaskan.
Membandingkan
dulu dan sekarang hanya membuatku menginginkan mengulang kenangan. Maka ku
hentikan karena aku sadar, setiap halnya berubah, termasuk perasaan. Aku
berubah, kamupun begitu. Jika dulu kita kerap berbagi tawa, kini kita kerap
saling melukai. Perkataanmu, perkataanku kerap saling menyakiti. Pelukmu,
pelukku tak lagi sehangat dulu. Debaranku saat bersamamu tak sehebat dulu.
Pesan singkatmu tak lagi kutunggu. Begitupun senyummu, tak lagi penting bagiku.
Salahku? Salahmu? Entah. Menyalahkan hanya akan menambah persoalan. Yang aku
tau, aku masih menginginkanmu, seburuk apapun perasaanku hari ini.
Ada yang
salah dalam hubungan kita, salah paham pun lebih banyak tercipta daripada
saling mengerti. Aku paham akan hal itu. Di pertemuan kita malam itu lagi dan lagi
kita berdebat tentang hubungan. Tapi jawabanmu masih sama. Biarkan mengalir
saja. Lalu sampai kapan? Alasanmu belum yakin. Apa lagi yang perlu kuyakinkan?
Bahkan seharusnya aku sadar, Semakin berusaha meyakinkan diri, kita akan
semakin ragu. Kamu bilang kita teman, aku katakan bahwa teman tidak seperti ini. Kamu
bilang teman spesial, aku bilang intinya sebutan kita masih teman. Kamu cium
aku, aku diam. Aku meminta sebuah peluk, kamu enggan. Aku cium kamu, kamu dingin. Kamu
peluk aku, aku merasa jika perpisahan amat dekat.