Selasa, 20 Maret 2012

Mendung

Mendung adalah ketika aku menyembunyikan hujan di balik kelopak mata.

Ketika mendung hanya satu tempat yang ingin ku tuju, pelukmu.

Mendung itu saat memilih melepaskan genggaman yang selama ini kita pertahankan, sia-sia saat salah satu dari kita menolak untuk bertahan.

Mendung membuatku kedinginan. Ketika selimut tak lagi menghangatkan, ku rasa aku membutuhkan sebuah pelukan

Mendung pernah menjebakmu untuk tetap tinggal disini, menemaniku menulis puisi sampai pagi.

Mendung itu tiap aku mengingatmu dan selalu berakhir dengan wajah murung.

Mendung kali ini menghujam kemarau, anak-anak hujan berteriak parau.

Mendung kali ini mengundang hujan di kala senja, menciptakan bias basah di tanah merah.

Mendung tak berarti hujan, kamu tak berarti kenangan.

Mendung kala itu memaksa kita berlindung berdua di bawah payung, menunggu hujan reda sembari bersenandung.

Aku selalu menyukai senja, sesekali mengingatmu dalam diam, dalam suasana mendung yang mendamaikan.

Senjaku tertutup mendung, ada rindu berselimut di balik mendung di senjaku yang kelabu ini, kedinginan.

Langit jinggaku tertutup mendung, senja lagi-lagi menyelimuti rindu yang terkungkung.

Mendung kali ini terasa teduh, seteduh hatiku menjaga tiap detail kenangan tentang 'kamu' agar tetap utuh dihatiku.

1 komentar: