Sabtu, 12 Maret 2011

beda


Teruntuk dia yang pernah mengisi hariku..

Semua yang dimulai dengan suatu kesalahan maka tetap akan tumbuh dan berkembang menjadi dosa yang aku sendiri tak mengerti bagaimana cara untuk mengakhirinya. Dosa? Tau apa aku tentang dosa, aku hanya mendengar dari ”mereka” yang merasa suci bahwa apa yang kulakukan berarti dosa. Yang aku tau aku meyakini apa yang aku pilih untuk kujalani. Berat memang, tapi langkahku akan terasa ringan bila ia berjalan bersamaku.
Kadang aku bertanya di tiap malamku yang sepi, mengapa Engkau Tuhan yang Maha Kasih menciptakan berbagai perbedaan bila Kau hanya ingin di sembah dengan satu cara. Sumpah demi doa yang aku panjatkan untuk-Mu di tiap hariku, aku ingin bersamanya yang entah mengapa berbeda dariku. Aku ingin dia menjadi orang pertama yang aku lihat di tiap aku membuka mata dipagi hari setelah tidur panjangku, aku ingin menemaninya di tiap susah atau bahagianya sampai aku mati.
Mencintainya seperti candu, ketergantungan ini rasanya melemahkan seluruh syaraf di otakku bila tak bersamanya. Rasa ini sudah terlanjur memenuhi sebagian hatiku.
Tapi sekuat apapun aku menggenggam tangannya, akhirnya genggaman itu juga terpaksa harus kulepaskan karena alasan yang jawabnya sampai kini belum ku temukan, ya semua karena perbedaan. Aku kehilangan canduku, lemah dan tak ada lagi harapan. Aku butuh canduku, tapi kini tak kudapati canduku.
            Taukah Kau Tuhan, sekuat hati aku melepaskan diri dari ketergantungan ini, mencoba bertahan tanpa canduku, ya canduku itu dia dan semua kenangan tentangnya. Ratusan hari rasanya tak cukup untuk melepaskan ketergantungan ini, melupakan semua tentangnya, ya melupakan kenanganku dengannya, sakit Tuhan! Betapa rasanya dada ini terlalu sesak bila mengingatnya. Kesalahanku adalah aku terlalu banyak membuang waktuku untuk terus menjaga tiap detail tentangnya di hatiku. Tentang dia yang seharusnya kulupakan dan tak lagi ku kenang.
            Bukankah dari awal aku sudah tahu bahwa langkahku akan terhambat, tapi mengapa aku terus memaksa berlayar dengan kapal yang layar nya sudah koyak. Bukankah nantinya kapal itu tak akan cukup kuat untuk menahan badai? Argh sudah terlambat untuk menyesal. Kini kapal telah diterjang badai, hancur dan berantakan. Tapi badai ini datang tak akan lama, setelah badai pergi akan datang ada pelangi. Walaupun sementara tapi mungkin akan cukup mengobati hatiku yang kehilangan candu.
            Tuhan Yang Maha Baik, yang aku tau aku mencintainya dan aku menginginkan kebahagiaan atas dirinya. Biar tak bersamanya sekalipun tak mengapa asal aku mohon berikanlah ia ganti yang tulus mencintainya dari aku yang tulus mencintainya setulus aku mencintainya bahkan lebih tulus dari cintaku padanya.  Jaga ia di tiap malamnya, dan berikanlah ia ganti yang bisa menemaninya di tiap susah atau bahagianya sampai ia mati. Ameen.

kutulis setulus doa yang aku panjatkan untuknya
teruntuk dia yang pernah mengisi hariku dua tahun lalu
semoga ia bahagia selalu dengan pilihannya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar