Entah
sudah batang ke berapa yang kubakar, tapi cemasku tak juga terasa samar; justru
terdengar makin hingar.
Asbak
mulai penuh dengan abu dan puntung, ada sakit yang ikut meremas jantung;
sungguh aku bukan orang beruntung.
Ini
gelas ke-sebelas, kerongkonganku mulai panas; mabuk datang dan tubuhku
menyambutnya dengan lemas.
Aku
meracau sendirian, tak ada yang mendengar. Terus diabaikan, aku gusar.
Gila.
Tidur
dan lupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar